kesenian kentrung di blora





generasi ketiga dalang kentrung Blora, memejamkan mata sembari duduk bersila memegang tiga rebana. Satu rebana berdiameter sekitar 27 sentimeter tegak berdiri di pangkuannya.



Dua rebana lain berada di atas dan depan telapak kaki. Rebana yang berada di atas telapak kaki diikatkan di ibu jari kaki dengan sebuah tali bambu. Seusai hening beberapa saat, ia mulai menabuh dan mengentak ketiga rebana itu dengan rampak.



”Uluk salam miwah ya mas kalifat Allah sangate/Ya rakhiimin bemine Allah/Kawula kawulane Allah/Kawula saderma nglakoni/Kawula saderma kekandha/Nyritakake dongeng kawula,” kata Yanuri membuka pementasan kentrung.



Kata-kata pembuka itu merupakan ungkapan salam manusia sebagai khalifah atau utusan Allah kepada Sang Pencipta. Manusia sebagai kawula atau rakyat jelata di hadapan Allah harus menjalani perkataan dan kehendak-Nya.



Ketaatan kepada Allah itu diwujudkan dalam segala perilaku keseharian. Ketaatan itu juga diungkapkan manusia ketika menjalani profesi yang digeluti meskipun dia bekerja sebagai dalang pencerita.



Menurut Yanuri, setiap pekerjaan asalkan itu untuk kebaikan berharga di mata Gusti Allah. Pekerjaan itu perlu ditekuni dan digeluti sehingga berbuah baik bagi keluarga dan sesama.



”Saya tidak pernah berlatih main rebana dan membaca lakon-lakon dalam seni kentrung. Saya hanya melihat bapak saya main. Setelah bapak meninggal, anugerah itu diwariskan kepada saya,” tutur Yanuri, warga Desa Sendanggayam, Kecamatan Banjarejo, Kabupaten Blora, Jawa Tengah.



Yanuri yang kerap dipanggil Mbah Kentrung adalah putra Sutrisno, dalang kentrung generasi kedua. Sutrisno merupakan murid Mbah Sumo, dalang kentrung asal Desa Gandong, Kabupaten Grobogan.



Setelah Sutrisno meninggal pada 2003, Yanuri melanjutkan seni kentrung Blora yang dirintis ayahnya sejak 1958. Ia juga mewarisi tiga rebana yang konon sudah berusia hampir 100 tahun.



Yanuri menuturkan, beberapa hari setelah kematian Sutrisno, tangan kanannya tidak dapat digerakkan. Padahal, sebelum meninggal ayahnya berpesan agar Yanuri berlatih dan meneruskan seni kentrung.



Tak lama kemudian, sakit di tangannya itu sembuh. Berangkat dari pengalaman itulah Yanuri menyadari bahwa tangan itu sangat berharga.



”Tangan itu membawa rezeki karena dengan tangan saya dapat bermain kentrung. Rezeki itu tidak saya terima sendiri, tetapi juga dirasakan keluarga dan orang lain,” kata Yanuri yang kesehariannya bekerja sebagai buruh tani.



Dengan menjadi dalang kentrung, Yanuri dapat mencukupi kebutuhan hidup keluarga. Dahulu, ia kerap ditanggap dalam acara khitanan, kaulan, pernikahan, dan pentas seni budaya di sejumlah kota, yaitu Solo, Yogyakarta, Surabaya, Semarang, dan Jakarta.



Sekali tampil, rata-rata penghasilannya Rp 500.000. Meski begitu, ia juga tidak minta lebih jika diberi kurang dari itu.



”Tiga tahun terakhir ini tidak banyak orang yang menanggap kentrung. Peminatnya juga sebatas kalangan tua, terutama di desa-desa,” kata Yanuri.



Tradisi lisan



Kesenian kentrung merupakan pertunjukan seni tutur atau lisan tentang cerita-cerita yang mengandung petuah-petuah hidup dan moral. Cerita-cerita itu dinyanyikan dengan bahasa khas Blora sembari diiringi rebana.



Pertunjukan itu disebut kentrung karena suara yang ditimbulkan dari instrumen berbunyi trung-trung-trung. Instrumen itu berupa rebana tanpa kecak dengan besar yang berbeda-beda. Tak jarang pula rebana itu dipadukan dengan kendang.



Berdasarkan data Kantor Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Blora tahun 2005, seni kentrung berkembang di Blora sejak 1915. Waktu itu tokoh-tokohnya adalah Reso Kentrung (alm) dan Nugroho (alm).



Sumber cerita kesenian itu bernapaskan keislaman atau syiar keagamaan. Hal itu tampak dari alat musik yang mencerminkan kebudayaan Arab dan isi lakon-lakon yang dibawakan.



Lakon atau cerita yang dibawakan berupa hikayat para nabi (misalnya Nabi Musa dan Ibrahim), hikayat Amir Hamzah, dan seribu satu malam. Pada dekade terakhir, para dalang mengambil lakon dari babad tanah Jawa dan cerita rakyat, seperti Menakjinggo, Jaka Tarub, Blacang Nggilo, dan Puteri Gumeng.



Dahulu, kentrung dipentaskan layaknya wayang kulit, yaitu semalam suntuk. Karena situasi dan kebutuhan zaman, pementasan itu dipadatkan menjadi sekitar 3-5 jam.



Bahasa yang digunakan cukup beragam. Bahasa yang mendominasi adalah bahasa Jawa Madya dan khas Blora. Tak jarang pula dalang kentrung menyelipkan kata-kata Sanskerta dan Arab.



Dalam kesenian itu, dalang kentrung sering mengolah kisah dengan parikan atau pantun. Pantun berfungsi menyampaikan pesan-pesan moral dengan cara guyon atau bersenda gurau. Misalnya, nyangga wedang pecah cangkire, ana sing sangga uwang sing susah pikire (memegang minuman pecah cangkirnya, ada yang bertopang dagu berarti sedang memikirkan beragam persoalan). Menurut Yanuri, pantun itu menyiratkan pesan berani menerima kesalahan dan berupaya memperbaikinya.



”Yang sudah berlalu biarkan berlalu. Tidak usah dipikirkan lagi, justru akan membuat susah hidup,” kata dia.



Kesenian kentrung juga mengandung pawejangan ilmu geru-gera gesang atau petuah-petuah menghadapi susah enaknya kehidupan. Misalnya tentang makna 20 tulisan jawa yang diadopsi untuk syiar Islam.



Hanacaraka berarti ada utusan dari Allah, yaitu Adam dan Hawa. Datasawala berarti mau menjalani hidup sebagai utusan Allah dengan mematuhi perintah-Nya.



Padajayanya mengandung pesan agar sesama utusan Allah, yaitu manusia, harus saling hidup sih-sinisihan atau menyayangi satu sama lain. Magabathanga berarti masaborongo atau menyerahkan segala sesuatu, terutama hidup dan mati, kepada Sang Pencipta.



”Menjadi Muslim jangan hanya bisa ngaji atau mengkaji agama, tetapi juga harus bisa ngajeni atau menghargai sesama dan segala isi bumi,” kata Yanuri seusai mengurai arti tulisan Jawa dalam syiar Islam.



Terkatung-katung



Sayang sekali, kesenian yang kaya dengan nilai-nilai moral kehidupan itu terkatung-katung. Ibarat mati tak segan hidup pun tak mampu. Kesenian itu terancam kehilangan generasi penerus dan peminat.



Jumlah dalang kentrung juga terus berkurang. Dari sekitar empat dalang dan kelompok kentrung, kini tinggal satu yang tersisa, yaitu Yanuri Sutrisno.



Kepala Seksi Nilai Budaya dan Kesenian Daerah Kantor Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Blora Suntoyo Eskar mengatakan, hidup-mati kesenian tergantung pelaku dan masyarakat. Di kalangan pelaku kesenian, regenerasi kurang diperhatikan karena masyarakat tidak lagi berminat terhadap kesenian itu.



”Mereka lebih memilih mata pencarian yang menghasilkan uang yang dapat memenuhi kehidupan sehari-hari ketimbang menekuni kesenian yang menurut mereka tidak menghasilkan apa-apa lagi,” kata dia.



Menurut Suntoyo, kondisi itu tidak terlepas oleh pengaruh budaya modern. Masyarakat lebih tertarik pada pertunjukan-pertunjukan yang lebih populer dan ringkas. Mereka enggan menikmati pertunjukan yang cenderung monoton dan makan waktu lama.



Meski begitu, lanjut Suntoyo, pemerintah tetap berupaya memperkenalkan kesenian kentrung hingga luar Blora. Paling tidak kesenian itu ditampilkan dalam pergelaran kesenian tahunan atau ketika ada tamu kehormatan yang berkunjung ke Blora.



”Yang paling menyulitkan adalah regenerasi dalang kentrung. Saat ini Yanuri sedang menyiapkan keponakannya, Susilo Hari Kusnoto (19), sebagai penggantinya nanti,” kata dia.



Secara terpisah, Ketua Yayasan Mahameru Gatot Pranoto mengatakan, Yayasan Mahameru berupaya melestarikan kesenian kentrung dengan mempromosikan kembali di seluruh Blora. Promosi itu bisa berupa pentas langsung maupun melalui radio.



Saat ini yayasan yang menggeluti kesenian dan kebudayaan itu sedang mendokumentasikan kesenian kentrung. Pendokumentasian itu berupa sejarah, lakon-lakon yang ditampilkan, dan instrumen.



”Di era sekarang dalang kentrung perlu menyampaikan pesan-pesan moral secara lebih menggelitik, misalnya mengkritisi persoalan politik. Sedangkan, masyarakat diharapkan peduli dan mempunyai hati untuk mencintai kesenian tradisional,” kata Gatot

Cepu, Blora

Cepu adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Blora, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Kecamatan ini terletak di perbatasan dengan provinsi Jawa Timur, dan dilewati jalan yang menghubungkan Surabaya - Purwodadi - Semarang.

Nama Cepu sebagai sebuah daerah sudah terdengar sejak jaman Panembahan Senopati (Raja Mataram I), tepatnya saat terjadinya perubutan puteri Madiun yang bernama Retno Dumilah.

Ada juga kisah penamaan Cepu diambil dalam kisah Aria Penangsang, yaitu pada saat pertempuran antara Jipang Panolan dan Pajang di pinggiran bengawan Solo, alkisah ada seorang prajurit Panolan (ada kisah bukan prajurit biasa melainkan sang Arian Pengangsang sendiri) yang tertancap tombak di pahanya, dalam bahasa Jawa Tancap = nancep, paha = pupu,berasal dari dua kata tersebutlah kata Cepu.

Pada jaman penjajahan, Cepu merupakan salah satu kota penting, karena kandungan minyak dan hutan jatinya. Di Cepu dapat dijumpai beberapa bangunan peninggalan Belanda yang masih awet hingga masa kini. Salah satu bangunan yang unik adalah, loji klunthung. Peninggalan lain yaitu Gedung Pertemuan SOS Sasono Suko dan Kuburan Belanda (Kuburan Londo) yang terletak di desa Wonorejo Kelurahan Cepu.

Untuk mendukung transportasi masa itu, dibangun pula jalur kereta api yang menghubungkan Jawa Timur - Jawa tengah via Cepu. Di Ngloram, juga bisa ditemui bekas landasan pesawat terbang peninggalan Belanda

Daerah ini telah lama dikenal memiliki persediaan minyak bumi. Pada tahun 2005, Cepu mendapat perhatian nasional karena penemuan adanya deposit minyak yang melimpah di Blok Cepu.

Kekayaan alam lainnya adalah kerajinan rakyat dari kayu jati dan wisata hutan jati dengan kereta api kuno.

Di era Pergerakan Nasional, Cepu menjadi tempat pelarian eks. PKI madiun yang kemudian berhasil ditumpas oleh Divisi Ronggolawe yang dipimpin oleh GPH Dipokusumo. Nama Ronggolawe dan Dipokusumo saat ini menjadi ikon kota Cepu. Nama Ronggolawe dipakai sebagai nama: - Lapangan terbesar di Cepu: Lapangan Ronggtolawe - Sekolah Tinggi Teknologi Ronggolawe (STTR) - Monumen Ronggolawe yang berupa patung kuda. Sedangkan GPH Dipokusumo diabadikan sebagai monumen yang letaknya di dekat gedung SOS Sasono Suko dekat Kantor Pos.

[sunting] Kebudayaan dan makanan khas
Cepu memiliki seni tradisi tari Tayub. Masyarakatnya terbagi atas kelas pengusaha, buruh/ karyawan, pedagang, pengrajin, pensiunan, petani, seniman dan pelajar. Makanan khas cepu salah satunya adalah ledre pisang raja, nasi pecel, dll.

Dialek masyarakat Cepu yang terkenal adalah sebagai berikut: - em = mu (bahasa Indonesia). Contoh: Bukuem = Bukumu, dll - leh = toh (bahasa Indonesia). Contoh: Piye leh iki? = Gimana toh ini?

Pola hidup masyarakat Cepu cenderung konsumtif.

Cepu memiliki jenis sayuran yang sangat beragam, dan tidak dimiliki oleh daerah lain. Misalnya sejenis tumbuhan temu kunci yang lalu dijadikan masakan sayur. Tumbuhan ini terdapat di hutan-hutan jati, buah sejenis mentimun yang disebut krai oleh masyarakat setempat, daun kedondong sebagai bahan sayur, dan kepompong ulat pohon jati yang dimasak dengan cabe sebagai makanan favorit, selain nasi pecel.


Kota yang terletak diantara perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur ini juga dialiri oleh Bengawan Solo, sungai terpanjang di Pulau Jawa. Di Cepu dikenal musim pladu' 'yaitu masa dimana ikan-ikan mabuk dan mengapung dan menepi ke pinggir sungai karena air keruh akibat hujan. Ikan-ikan yang sering dijadikan tangkapan adalah ikan bethik dan ikan wader. Dahulu masa ini dijadikan andalan menutupi kebutuhan gizi keluarga sekaligus sumber rezeki, namun sekarang musim ini jarang terjadi. Hal ini dikarenakan adanya perubahan ekosistem di hulu maupun di Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo.

Beberapa instansi yang keberadaannya mendominasi Kota Cepu yaitu PT Pertamina EP, Pusdiklat Migas Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (DESDM), Sekolah Tingi Energi dan Mineral DESDM dan Perum Perhutani. Perekonomiannya ditopang oleh masyarakat yang berprofesi sebagai PNS. Para pendatang juga berperan besar pada laju perekonomian kota Cepu. Cepu bisa dikatakan sebagai miniaturnya Indonesia. Banyak pendatang dari berbagai daerah seluruh Indonesia yang datang untuk bekerja sebagai PNS, ikut diklat di Pusdiklat Migas dan STEM Akamigas, atau sebagai pedagang. Pertaniannya merupakan sawah tadah hujan, hanya sebagian kecil yang berada di tepi Bengawan Solo memakai irigasi. Kayu jati semakin susah ditemukan di Cepu akibat penebangan hutan pada masa awal reformasi. Tata kotanya kurang bagus, namun saat ini sudah mulai dibenahi seiring dengan adanya Blok Cepu. .

Dibandingkan dengan ibu kota kabupatennya, Blora,justru Cepu lebih maju dan lebih ramai. Di pusat kota Cepu terdapat taman yang masyarakat sekitar menyebutnya dengan nama TAMAN SERIBU LAMPU (ONE THOUSAND LAMPS PARK), ini karena taman tersebut terdapat dipasang lampu untuk penerangan taman.Pada malam hari taman ini selalu ramai dikunjungi masyarakat.Ruang Publik ini merupakan sarana hiburan tersendiri bagi warga Cepu, karena di taman ini banyak dijumpai pedangan makanan, pakaian, mainan anak atau sekedar mencuci mata.

Dengan dinamisnya kota Cepu, walau statusnya sebagai kota Kecamatan, memungkinkan bila kota Cepu dirintis menjadi kota PERDAGANGAN atau bahkan naik strata sebagai daerah yang secara administratif mempunyai otonomi sendiri karena faktor SDM dan letak Geografis kotanya. Kota kopi klothok ini letaknya strategis karena sebagai persimpangan ke kota-kota lain di sekitarnya yaitu Ngawi, Bojonegoro, Tuban, Blora, Rembang, dan sebagainya. Dan ini sangat kungkin karena dimasa mendatang akan dibukanya perusahaan minyak bumi EXXON MOBIL. Untuk itu, mengharapkan kehadiran para investor untuk menggarap kota Cepu.

Dialek masyarakat Cepu yang terkenal adalah sebagai berikut: - em = mu (bahasa Indonesia). Contoh: Bukuem = Bukumu, dll - leh = toh (bahasa Indonesia). Contoh: Piye leh iki? = Gimana toh ini?

Pola hidup masyarakat Cepu cenderung konsumtif.

Cepu memiliki jenis sayuran yang sangat beragam, dan tidak dimiliki oleh daerah lain. Misalnya sejenis tumbuhan temu kunci yang lalu dijadikan masakan sayur. Tumbuhan ini terdapat di hutan-hutan jati, buah sejenis mentimun yang disebut krai oleh masyarakat setempat, daun kedondong sebagai bahan sayur, dan kepompong ulat pohon jati yang dimasak dengan cabe sebagai makanan favorit, selain nasi pecel.


Kota yang terletak diantara perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur ini juga dialiri oleh Bengawan Solo, sungai terpanjang di Pulau Jawa. Di Cepu dikenal musim pladu' 'yaitu masa dimana ikan-ikan mabuk dan mengapung dan menepi ke pinggir sungai karena air keruh akibat hujan. Ikan-ikan yang sering dijadikan tangkapan adalah ikan bethik dan ikan wader. Dahulu masa ini dijadikan andalan menutupi kebutuhan gizi keluarga sekaligus sumber rezeki, namun sekarang musim ini jarang terjadi. Hal ini dikarenakan adanya perubahan ekosistem di hulu maupun di Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo.

Beberapa instansi yang keberadaannya mendominasi Kota Cepu yaitu PT Pertamina EP, Pusdiklat Migas Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (DESDM), Sekolah Tingi Energi dan Mineral DESDM dan Perum Perhutani. Perekonomiannya ditopang oleh masyarakat yang berprofesi sebagai PNS. Para pendatang juga berperan besar pada laju perekonomian kota Cepu. Cepu bisa dikatakan sebagai miniaturnya Indonesia. Banyak pendatang dari berbagai daerah seluruh Indonesia yang datang untuk bekerja sebagai PNS, ikut diklat di Pusdiklat Migas dan STEM Akamigas, atau sebagai pedagang. Pertaniannya merupakan sawah tadah hujan, hanya sebagian kecil yang berada di tepi Bengawan Solo memakai irigasi. Kayu jati semakin susah ditemukan di Cepu akibat penebangan hutan pada masa awal reformasi. Tata kotanya kurang bagus, namun saat ini sudah mulai dibenahi seiring dengan adanya Blok Cepu. .

Dibandingkan dengan ibu kota kabupatennya, Blora,justru Cepu lebih maju dan lebih ramai. Di pusat kota Cepu terdapat taman yang masyarakat sekitar menyebutnya dengan nama TAMAN SERIBU LAMPU (ONE THOUSAND LAMPS PARK), ini karena taman tersebut terdapat dipasang lampu untuk penerangan taman.Pada malam hari taman ini selalu ramai dikunjungi masyarakat.Ruang Publik ini merupakan sarana hiburan tersendiri bagi warga Cepu, karena di taman ini banyak dijumpai pedangan makanan, pakaian, mainan anak atau sekedar mencuci mata.

Dengan dinamisnya kota Cepu, walau statusnya sebagai kota Kecamatan, memungkinkan bila kota Cepu dirintis menjadi kota PERDAGANGAN atau bahkan naik strata sebagai daerah yang secara administratif mempunyai otonomi sendiri karena faktor SDM dan letak Geografis kotanya. Kota kopi klothok ini letaknya strategis karena sebagai persimpangan ke kota-kota lain di sekitarnya yaitu Ngawi, Bojonegoro, Tuban, Blora, Rembang, dan sebagainya. Dan ini sangat kungkin karena dimasa mendatang akan dibukanya perusahaan minyak bumi EXXON MOBIL. Untuk itu, mengharapkan kehadiran para investor untuk menggarap kota Cepu.

Desa/kelurahan
Balun
Cabean
Cepu
Gadon
Getas
Jipang
Kapuan
Karangboyo
Kentong
Mernung
Mulyorejo
Ngelo
Nglanjuk
Ngloram
Ngroto
Sumberpitu
Tambakromo

ARTI MEMILIKI…

Pacaran itu suatu hal yang mengesankan dan harus dipertahankan jika memang sudah sepadan.

Seperti kata kata berikut, cinta tak pernah akan begitu indah, jika tanpa persahabatan.
Yang satu selalu menjadi penyebab yang lain dan prosesnya adalah irreversible.

Seorang pecinta yang terbaik adalah sahabat yang terhebat.
Jika kamu mencintai seseorang, jangan berharap bahwa seseorang itu akan mencintai kamu persis sebaliknya dalam kapasitas yang sama.

Satu diantara kalian akan memberikan lebih, yang lain akan dirasa kurang. Begitu juga dalam kasus, kamu yang mencari, dan yang lain akan menanti.

Jangan pernah takut untuk jatuh cinta. Mungkin akan begitu menyakitkan, dan mungkin akan menyebabkan kamu sakit dan menderita, tapi jika kamu tidak mengikuti kata hati, pada akhirnya kamu akan menangis.

Jauh lebih pedih karena saat itu menyadari bahwa kamu tidak pernah memberi cinta. Itu sebuah jalan.

Cinta bukan sekedar perasaan, tapi sebuah komitmen. Perasaan bisa datang dan pergi begitu saja Cinta tak harus berakhir bahagia, karena cinta tidak harus berakhir.

Cinta sejati mendengar apa yang tidak dikatakan, dan mengerti apa yang tidak dijelaskan, sebab cinta tidak datang dari bibir dan lidah atau pikiran,melainkan dari HATI.

Ketika kamu mencintai, jangan mengharapkan apapun sebagai imbalan, karena jika kamu demikian, kamu bukan mencintai, melainkan investasi.

Jika kamu mencintai, kamu harus siap untuk menerima penderitaan. Karena jika kamu mengharap kebahagiaan, kamu bukan mencintai, melainkan memanfaatkan.

Lebih baik kehilangan harga diri dan egomu bersama seseorang yang kamu cintai daripada kehilangan seseorang yang kamu cintai, karena egomu yang tak berguna itu.

Sangat sulit bagi dua orang yang mencintai satu sama lain ketika mereka tinggal dalam dua dunia yang berbeda.

Tapi ketika kedua dunia ini melebur dan menjadi satu, itulah yang disebut "Keajaiban!"

Jangan mencintai seseorang seperti bunga, karena bunga mati kala musim berganti.
Cintailah mereka seperti sungai, sebab sungai mengalir selamanya.

Cinta mungkin akan meninggalkan hatimu bagaikan kepingan2 kaca, tapi tancapkan dalam pikiranmu,
bahwa ada seseorang yang akan bersedia untuk menambal lukamu dengan mengumpulkan kembali pecahan2 kaca itu, sehingga kamu akan menjadi utuh kembali.

ASAL USUL NAMA BLORA

KABUPATEN BLORA

Profil :

(Sumber: Departemen Dalam Negeri RI)

Nama Resmi : Kabupaten Blora.

Ibukota : Blora

Provinsi : Jawa Tengah

Batas Wilayah :

Utara : Kabupaten Rembang dan Kabupaten Pati.

Selatan : Kabupaten Ngawi dan Propinsi Jawa Timur.

Barat : Kabupaten Grobogan.

Timur : Kabupaten Bojonegoro dan Propinsi Jawa Timur.


Luas Wilayah :1820,59 Km2


Jumlah Penduduk : 836.008 Jiwa (Tahun 2003)


Wilayah Administrasi :

Terdiri dari : 16 Kecamatan, 271 Desa, 24 Kelurahan.

Website : http://www.pemkabblora.go.id

Sejarah

Asal Usul Nama Blora

Menurut cerita rakyat Blora berasal dari kata BELOR yang berarti Lumpur, kemudian berkembang menjadi mbeloran yang akhirnya sampai sekarang lebih dikenal dengan nama BLORA.

Secara etimologi Blora berasal dari kata WAI + LORAH. Wai berarti air, dan Lorah berarti jurang atau tanah rendah..

Dalam bahasa Jawa sering terjadi pergantian atau pertukaran huruf W dengan huruf B, tanpa menyebabkan perubahan arti kata.Sehingga seiring dengan perkembangan zaman kata WAILORAH menjadi BAILORAH, dari BAILORAH menjadi BALORA dan kata BALORA akhirnya menjadi BLORA.

Jadi nama BLORA berarti tanah rendah berair, ini dekat sekali dengan pengertian tanah berlumpur.

Blora Era Kerajaan

Blora dibawah Kadipaten Jipang

Blora di bawah Pemerintahan Kadipaten Jipang pada abad XVI, yang pada saat itu masih dibawah pemerintahan Demak. Adipati Jipang pada saat itu bernama Aryo Penangsang, yang lebih dikenal dengan nama Aria Jipang. Daerah kekuasaan meliputi :

Pati, Lasem, Blora, dan Jipang sendiri. Akan tetapi setelah Jaka Tingkir ( Hadiwijaya ) mewarisi tahta Demak pusat pemerintahan dipindah ke Pajang. Dengan demikian Blora masuk Kerajaan Pajang.

Blora dibawah Kerajaan Mataram

Kerajaan Pajang tidak lama memerintah, karena direbut oleh Kerajaan Mataram yang berpusat di Kotagede Yogyakarta. Blora termasuk wilayah Mtaram bagian Timur atau daerah Bang Wetan.

Pada masa pemerintahan Paku Buwana I (1704-1719 ) daerah Blora diberikan kepada puteranya yang bernama Pangeran Blitar dan diberi gelar Adipati. Luas Blora pada saat itu 3.000 karya (1 karya = ¾ hektar ). Pada tahun 1719-1727 Kerajaan Mataram dipimpin oleh Amangkurat IV, sehingga sejak saat itu Blora berada di bawah pemerintahan Amangkurat IV.

Blora di Jaman Perang Mangkubumi (tahun 1727 - 1755)

Pada saat Mataram di bawah Paku Buwana II (1727-1749) terjadi pemberontakan yang dipimpin oleh Mangku Bumi dan Mas Sahid, Mangku Bumi berhasil menguasai Sukawati, Grobogan, Demak, Blora, dan Yogyakarta. Akhirnya Mangku Bumi diangkat oleh rakyatnya menjadi Raja di Yogyakarta.

Berita dari Babad Giyanti dan Serat Kuntharatama menyatakan bahwa Mangku Bumi menjadi Raja pada tanggal 1 Sura tahun Alib 1675, atau 11 Desember 1749. Bersamaan dengan diangkatnya Mangku Bumi menjadi Raja, maka diangkat pula para pejabat yang lain, diantaranya adalah pemimpin prajurit Mangkubumen, Wilatikta, menjadi Bupati Blora.

Blora dibawah Kasultanan

Perang Mangku Bumi diakhiri dengan perjanjian Giyanti, tahun 1755, yang terkenal dengan nama palihan negari, karena dengan perjanjian tersebut Mataram terbagi menjadi dua kerajaan, yaitu Kerajaan Surakarta di bawah Paku Buwana III, sedangkan Yogyakarta di bawah Sultan Hamengku Buwana I. Di dalam Palihan Negari itu, Blora menjadi wilayah Kasunanan sebagai bagian dari daerah Mancanegara Timur, Kasunanan Surakarta. Akan tetapi Bupati Wilatikta tidak setuju masuk menjadi daerah Kasunanan, sehingga beliau pilih mundur dari jabatannya

BLORA KABUPATEN

Blora sebagai Kabupaten

Sejak zaman Pajang sampai dengan zaman Mataram Kabupaten Blora merupakan daerah penting bagi Pemerintahan Pusat Kerajaan, hal ini disebabkan karena Blora terkenal dengan hutan jatinya.

Blora mulai berubah statusnya dari apanage menjadi daerah Kabupaten pada hari Kamis Kliwon, tanggal 2 Sura tahun Alib 1675, atau tanggal 11 Desember 1749 Masehi, yang sampai sekarang dikenal dengan HARI JADI KABUPATEN BLORA. Adapun Bupati pertamanya adalah WILATIKTA.

Perjuangan Rakyat Blora menentang Penjajahan

Perlawanan Rakyat Blora yang dipelopori petani muncul pada akhir abad ke 19 dan awal abad ke 20. Perlawanan petani ini tak lepas dari makin memburuknya kondisi sosial dan ekonomi penduduk pedesaan pada waktu itu..

Pada tahun 1882 pajak kepala yang diterapkan oleh Pemerintah Penjajah sangat memberatkan bagi pemilik tanah ( petani ) . Di daerah-daerah lain di Jawa, kenaikan pajak telah menimbulkan pemberontakan petani, seperti peristiwa Cilegon pada tahun 1888. Selang dua tahun kemudian seorang petani dari Blora mengawali perlawanan terhadap pemerintahan penjajah yang dipelopori oleh SAMIN SURASENTIKO.

Gerakan Samin sebagai gerakan petani anti kolonial lebih cenderung mempergunakan metode protes pasif, yaitu suatu gerakan yang tidak merupakan pemberontakan radikal.

Beberapa indikator penyebab adana pemberontakan untuk menentang kolonial penjajah antara lain :

Berbagai macam pajak diimplementasikan di daerah Blora

Perubahan pola pemakaian tanah komunal

pembatasan dan pengawasan oleh Belanda mengenai penggunaan hasil hutan oleh penduduk

Indikator-indikator ini mempunyai hubungan langsung dengan gerakan protes petani di daerah Blora. Gerakan ini mempunai corak MILLINARISME, yaitu gerakan yang menentang ketidak adilan dan mengharapkan zaman emas yang makmur.


Arti Logo

BLORA

Berani kerja keras

Loyal pada pimpinan

Rasional dalam tindakan

Mustika

M a j u

U n g g u l

S e h a t

T e r t i b

I n d a h

K o n t i n y u

A m a n

CUPU MANIK (HASTA GINA)

Yang berbentuk segi lima melambangkan dasar falsafah Negara, yaitu Pancasila.

GUNUNG KEMBAR

Kesetiaan rakyat Daerah Kabupaten Blora terhadap Pemerintahan Republik Indonesia.

Kecintaan rakyat Daerah Kabupaten Blora terhadap Daerahnya.

POHON ENAM BATANG berwarna Hijau berpadu

dengan MENARA MINYAK berwarna Putih

Melambangkan kekayaan utama daerah Kabupaten Blora

SUNGAI (Lusi dan Bengawan Solo) yang dilukiskan

dengan dua jalur bergelombang dan berwarna Biru

Melambangkan penyaluran usaha-usaha pemerintah demi peningkatan kesejahteraan rakyat

Menggambarkan bahwa kemakmuran daerah Kabupaten Blora antara lain tergantung kepada pemanfaatan air dari kedua sungai tersebut.

T R I S U L A

Bertangkai Merah dan berwarna Putih mempunyai arti jiwa kepahlawanan rakyat Daerah Kabupaten Blora, berani bekerja, berani berkorban, dan berani menghadapi kesulitan ketiganya berlandaskan itikad baik

LINGKARAN berwarna Kuning Emas

Melambangkan sebagai kesatuan dan kedaulatan tekad rakyat Daerah Kabupaten Blora

KALA MAKARA

Sebagai Lambang Kebudayaan dan kesenian daerah rakyat daerah Kabupaten Blora

BINTANG SUDUT LIMA berwarna Kuning Emas

Sebagai lambang segala yang paling tinggi (Tuhan Yang Maha Esa) dan yang harus diagungkan demi keselamatan rakyat lahir dan bathin

PADI dan KAPAS

Motif Dwi Tunggal sebagai lambang kemakmuran

Sesanti Daerah yang berbunyi " CACANA JAYA KERTA BUMI "

Yang diartikan : tempat (arena, medan) kejayaan, kemakmuran dan kedamaian yang langgeng, atau dengan kata lain : "Bumi Kabupaten Blora ini mengandung kekayaan alamiah yang besar, yang dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat, dengan syarat harus berani bekerja keras (makarya)"

Nilai Budaya

Kesenian Barong atau lebih dikenal dengan kesenian Barongan merupakan kesenian khas Jawa Tengah. Akan tetapi dari beberapa daerah yang ada di Jawa Tengah Kabupaten Blora lah yang secara kuantitas, keberadaannya lebih banyak bila dibandingkan dengan Kabupaten lainnya.

Seni Barong merupakan salah satu kesenian rakyat yang amat populer dikalangan masyarakat Blora, terutama masyarakat pedesaan. Didalam seni Barong tercermin sifat-sifat kerakyatan masyarakat Blora, seperti sifat : spontanitas, kekeluargaan, kesederhanaan, kasar, keras, kompak, dan keberanian yang dilandasi kebenaran.

Barongan dalam kesenian barongan adalah suatu pelengkapan yang dibuat menyerupai Singo Barong atau Singa besar sebagai penguasa hutan angker dan sangat buas.

Adapun tokoh Singobarong dalam cerita barongan disebut juga GEMBONG AMIJOYO yang berarti harimau besar yang berkuasa.

Kesenian Barongan berbentuk tarian kelompok, yang menirukan keperkasaan gerak seekor Singa Raksasa. Peranan Singo Barong secara totalitas didalam penyajian merupakan tokoh yang sangat dominan, disamping ada beberapa tokoh yang tidak dapat dipisahkan yaitu :

1. Bujangganong / Pujonggo Anom

2. Joko Lodro / Gendruwo

3. Pasukan berkuda / reog

4. Noyontoko

5. Untub.

Selain tokoh tersebut diatas pementasan kesenian barongan juga dilengkapi beberapa perlengkapan yang berfungsi sebagai instrumen musik antara lain : Kendang,Gedhuk, Bonang, Saron, Demung dan Kempul. Seiring dengan perkembangan jaman ada beberapa penambahan instrumen modern yaitu berupa Drum, Terompet, Kendang besar dan Keyboards. Adakalanya dalam beberapa pementasan sering dipadukan dengan kesenian campur sari.

Kesenian barongan bersumber dari hikayat Panji, yaitu suatu cerita yang diawali dari iring-iringan prajurit berkuda mengawal Raden Panji Asmarabangun / Pujonggo Anom dan Singo Barong.

Adapun secara singkat dapat diceritakan sebagai berikut :

“ Prabu Klana Sawandana “ dari Kabupaten Bantarangin jatuh cinta kepada Dewi Sekartaji putri dari Raja Kediri, maka diperintahlah Patih Bujangganong / Pujonggo Anom untuk meminangnya. Keberangkatannya disertai 144 prajurit berkuda yang dipimpin oleh empat orang perwira diantaranya : Kuda Larean, Kuda Panagar, Kuda Panyisih dan Kuda sangsangan. Sampai di hutan Wengkar rombongan Prajurit Bantarangin dihadang oleh Singo Barong sebagai penjelmaan dari Adipati Gembong Amijoyo yang ditugasi menjaga keamanan di perbatasan. Terjadilah perselisihan yang memuncak menjadi peperangan yang sengit. Semua Prajurit dari Bantarangin dapat ditaklukkan oleh Singo Barong, akan tetapi keempat perwiranya dapat lolos dan melapor kepada Sang Adipati Klana Sawandana. Pada saat itu juga ada dua orang Puno Kawan Raden Panji Asmara Bangun dari Jenggala bernama Lurah Noyontoko dan Untub juga mempunyai tujuan yang sama yaitu diutus R. Panji untuk melamar Dewi Sekar Taji. Namun setelah sampai dihutan Wengker, Noyontoko dan Untub mendapatkan rintangan dari Singo Barong yang melarang keduanya utuk melanjutkan perjalanan, namun keduanya saling ngotot sehingga terjadilah peperangan. Namun Noyontoko dan Untub merasa kewalahan sehingga mendatangkan saudara sepeguruannya yaitu Joko Lodro dari Kedung Srengenge. Akhirnya Singo Barong dapat ditaklukkan dan dibunuh. Akan tetapi Singo Barong memiliki kesaktian. Meskipun sudah mati asal disumbari ia dapat hidup kembali. Peristiwa ini kemudian dilaporkan ke R. Panji, kemudian berangkatlah R. Panji dengan rasa marah ingin menghadapi Singo Barong. Pada saat yang hampir bersamaan Adipati Klana Sawendono juga menerima laporan dari Bujangganong ( Pujang Anom ) yang dikalahkan oleh Singo Barong. Dengan rasa amarah Adipati Klana Sawendada mencabut pusaka andalannya, yaitu berupa Pecut Samandiman dan berangkat menuju hutan Wengker untuk membunuh Singo Barong. Setelah sampai di Hutan Wengker dan ketemu dengan Singo Barong, maka tak terhindarkan pertempuran yang sengit antara Adipati Klana Sawendana melawan Singo Barong. Dengan senjata andalannya Adipati Klana Sawendana dapat menaklukkan Singo Barong dengan senjata andalannya yang berupa Pecut Samandiman. Singo Barong kena Pecut Samandiman menjadi lumpuh tak berdaya.

Akan tetapi berkat kesaktian Adipati Klana Sawendana kekuatan Singo Barong dapat dipulihkan kembali, dengan syarat Singo Barong mau mengantarkan ke Kediri untuk melamar Dewi Sekartaji. Setelah sampai di alun-alun Kediri pasukan tersebut bertemu dengan rombongan Raden Panji yang juga bermaksud untuk meminang Dewi Sekartaji.

Perselisihanpun tak terhindarkan, akhirnya terjadilah perang tanding antara Raden Panji dengan Adipati Klana Sawendano, yang akhirnya dimenangkan oleh Raden Panji. Adipati Klana Sawendana berhasil dibunuh sedangkan Singo Barong yang bermaksud membela Adipati Klana Sawendana dikutuk oleh Raden Panji dan tidak dapat berubah wujud lagi menjadi manusia ( Gembong Amijoyo ) lagi. Akhirnya Singo Barong Takhluk dan mengabdikan diri kepada Raden Panji, termasuk prajurit berkuda dan Bujangganong dari Kerajaan Bantarangin.

Kemudian rombongan yang dipimpin Raden Panji melanjutkan perjalanan guna melamar Dewi Sekartaji. Suasana arak-arakan yang dipimpin oleh Singo Barong dan Bujangganong inilah yang menjadi latar belakang keberadaan kesenian Barongan.”

BLORA


Kabupaten Blora, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Ibukotanya adalah Blora, sekitar 127 km sebelah timur Semarang. Berada di bagian timur Jawa Tengah, Kabupaten Blora berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Timur.


Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Rembang dan Kabupaten Pati di utara, Kabupaten Tuban dan Kabupaten Bojonegoro (Jawa Timur) di sebelah timur, Kabupaten Ngawi (Jawa Timur) di selatan, serta Kabupaten Grobogan di barat.

Blok Cepu, daerah penghasil minyak bumi paling utama di Pulau Jawa, terdapat di bagian timur Kabupaten Blora.
Blora merupakan salah satu kabupaten di Jateng. Tepatnya sebelah selatan Rembang. Kota ini selain terkenal dengan kayu jati, minyak bumi di Cepu, juga terkenal dengan makananya. Yakni sate ayam dan sate kambing. sate ini berbeda dengan sate dari daerah lainya, rasanya khas dan benar-benar sangat nikmat. Walaupun harganya agak mahal, sate ayam Rp.8000,-per porsi dan untuk sate kambing Rp.12.000,-per porsi, namun banyak disukai orang. Jika anda berasal dari daerah lain, cobalah makanan ini dijamin anda pasti ketagihan Wilayah Kabupaten Blora terdiri atas dataran rendah dan perbukitan dengan ketinggian 20-280 meter dpl. Bagian utara merupakan kawasan perbukitan, bagian dari rangkaian Pegunungan Kapur Utara. Bagian selatan juga berupa perbukitan kapur yang merupakan bagian dari Pegunungan Kendeng, yang membentang dari timur Semarang hingga Lamongan (Jawa Timur). Ibukota kabupaten Blora sendiri terletak di cekungan Pegunungan Kapur Utara.

Separuh dari wilayah Kabupaten Blora merupakan kawasan hutan, terutama di bagian utara, timur, dan selatan. Dataran rendah di bagian tengah umumnya merupakan areal persawahan.

Sebagian besar wilayah Kabupaten Blora merupakan daerah krisis air (baik untuk air minum maupun untuk irigasi) pada musim kemarau, terutama di daerah pegunungan kapur. Sementara pada musim penghujan, rawan banjir longsor di sejumlah kawasan.

Kali Lusi merupakan sungai terbesar di Kabupaten Blora, bermata air di Pegunungan Kapur Utara (Rembang), mengalir ke arah timur yang akhirnya bergabung dengan Kali Serang.

Pembagian administratif

Kabupaten Blora terdiri atas 16 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah desa dan kelurahan. Pusat pemerintahan berada di Kecamatan Blora.

Di samping Blora, kota-kota kecamatan lainnya yang cukup signifikan adalah Cepu, Ngawen, dan Randublatung.
Transportasi

Blora dilalui jalan provinsi yang menghubungkan Kota Semarang dengan Surabaya lewat Purwodadi. Jalur ini kurang begitu ramai jika dibandingkan dengan jalur Semarang-Surabaya lewat Rembang, karena kondisi jalannya yang kalah lebar.

Jalur kereta api melewati wilayah Kabupaten Blora, namun tidak melintasi ibukota kabupaten ini. Jalur tersebut melintas di bagian selatan. Stasiun kereta api Cepu merupakan yang terbesar, dimana berhenti kereta api jurusan Surabaya-Jakarta (KA Sembrani), Surabaya-Semarang (KA Rajawali), serta kereta api lokal Semarang-Bojonegoro (KRD). Blora memiliki juga alat transportasi lainnya seperti bemo, becak, dan sebagainya.
Perekonomian

Pertanian merupakan sektor utama perekonomian di Kabupaten Blora. Pada sub-sektor kehutanan, Blora adalah salah satu daerah utama penghasil kayu jati berkualitas tinggi di Pulau Jawa.

Daerah Cepu sejak lama dikenal sebagai daerah tambang minyak bumi, yang dieksploitasi sejak era Hindia Belanda. Blora mendapat sorotan internasional ketika di kawasan Blok Cepu ditemukan cadangan minyak bumi sebanyak 250 juta barel. Bulan Maret 2006 Kontrak Kerjasama antara Pemerintah dan Kontraktor (PT. Pertamina EP Cepu, Exxon Mobil Cepu Ltd, PT Ampolex Cepu telah ditandatangani, dan Exxon Mobil Cepu Ltd ditunjuk sebagai operator lapangan, sesuai kesepakatan Joint Operating Agreement (JOA) dari ketiga kontraktor tersebut, Perkembangan terakhir untuk saat ini Plan Of Development (POD)I Lapangan Banyu Urip telah disahkan Menteri ESDM,
Rupa-rupa
Makanan khas Blora adalah: sate ayam khas blora, lontong tahu, limun kawis, serabi,es cau,keripik tempe garing abiz khas Blora dan moho.
Kesenian khas Blora adalah: Barongan, dan Tayub.
Tokoh terkenal asal Blora adalah: Pramudya Ananta Toer, Aryo Penangsang,Heru Hermawan ( STIS Jakarta) dan Mpu Baradha.
Tokoh terkenal asal Cepu: Mas Wisnu Notosuwiryo, seorang yang sederhana dan humoris, egp...

sate blora



Blora merupakan salah satu kabupaten di Jateng. Tepatnya sebelah selatan Rembang. Kota ini selain terkenal dengan kayu jati, minyak bumi di Cepu, juga terkenal dengan makananya. Yakni sate ayam dan sate kambing. sate ini berbeda dengan sate dari daerah lainya, rasanya khas dan benar-benar sangat nikmat. Walaupun harganya agak mahal, sate ayam Rp.8000,-per porsi dan untuk sate kambing Rp.12.000,-per porsi, namun banyak disukai orang. Jika anda berasal dari daerah lain, cobalah makanan ini dijamin anda pasti ketagihan


Sate Blora kuwi panganan arupa daging kang diiris cilik-cilik terus disunduki lan dibakar. Saté Blora mono ora pati béda karo saté saka tlatah liyané, yakuwi digawé saka
daging sapi,
daging wedhus utawa
daging ayam.

kang disunduki ngaggo sujèn terus dibakar nganggo areng.
Kaistiméwaan Saté Blora

Istimewane sate Blora kuwi, luwih luwih "sate ayam" é, pancen mirasa banget, sebab bahan bakune saka daging pitik kampung sing isih enom (PBG=Pitik Baru Gedhe), dadi iwake ya ora alot, tur krasa arum lan rada legi. Séjéné kuwi, sing marakaké luwih mirasa amarga disajèkné panas panas. Yèn wis rada adhem, cepet cepet dijupuk karo bakulé terus dipanasi manèh. Lha mengko kari di étung sujènné sadurunge mbayar. Bumbune sambel kacang biasa,ditambah kecap, di nehi jinten sithik. Paling cocok yen segane dinehi kuah soto encer sing rupane kuning. Pancen uenaak tenan!!! Sawetara bakul saté Blora isih mbungkus dagangané nganggo godhong waru[1], utawa godhong jati, nanging saiki wis akèh kang diwadhahi piring
Nèng endhi pangggonane??

[sunting]
Ing Blora

Yen ing Blora, pancèn yo asliné. Dadi rasané pancèn luwih énak. Biasané di dhasarké ing Koplakan (Terminal), ing Dhepot Gajah lan sawetara panggonan liyané (Saté Pak Samiran), Blora, dadi panjenengan yen kepengen nyobo sate blora datanglah nang kota blora, wenakkk bangetttt,ajip. reganipun murah bangettt,
datanglah-datanglah hahahahahahahahahahah......................
perhatian:
1.kalau anda tidak bisa baca dengan bahasa jawa silah kirim saran ke e-mail saya : khatusbikha@gmail.com.
2. bagi yang tidak punya uang jangan coba-coba maksa beli .

jalan blora






kota blora adalah tempat tinggalku, nama aku : ucupzz (nama samaran)
kota blora terkenal dengan hutan jatinya, tapi sekarang hutannya sudah gersang karena pembalakan yang merajalela, sekarang blora juga punya tambang minyak yang cukup besar yang terletak dikecamatan cepu, tapi diekploitasi oleh perusahaan luar negri EXON MOBIL, maklum negara kitakan belum punya alat canggih. tapi aku sangat kecewa pada PEMDA BLORA karena jalan-jalan besar (utama) banyak yang sudah rusak belum juga diper baiki contohnya: jl. gathot subroto ke barat sudah rusak berat, itu kan jalan utama menuju kota semaranng, jl. alun-alun keselatan juga rusak berat itu juga jalan dalam kota kok belum diperbaiki padahal kan jalan kota, seharusnya PEMDA blora malu pada masyarakat, apa blora banyak korupsinya?

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes